Isukaltim.com| Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik akhirnya menerima hasil laporan dari Tim Penyempurnaan Pelayanan Publik RSUD AW Sjahranie Samarinda. Diketahui bahwa Akmal Malik akhirnya membentuk tim khusus berisi 7 orang dari Dinas Kesehatan, Inspektorat, Bappeda, BKD, Tim RSUD AWS, Biro Hukum dan BKAD untuk melakukan investigasi persoalan-persoalan yang harus segera dibenahi.
Berdasarkan penjelasan Akmal Malik, sejak monitoring pelayanan RSUD AW Sjahranie di bulan Juli 2024 lalu berjalan, tim khusus telah menemukan beberapa temuan ketidaktaatan pada standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit.
Kemenkes RI telah menerapkan Permenkes Nomor 47 tahun 2018 tentang pelayanan kegawatdaruratan yang mengharuskan tersedia minimal 4 dokter spesialis dan satu dokter anastesi di UGD. Akan tetapi kata Akmal Malik ternyata ini tidak dilakukan. Dari laporan hasil evaluasi ditemukan permasalahan lemahnya kepemimpinan direksi RSUD AW Sjahranie kepada para tenaga kesehatan.
“Buktinya ada dokter yang berani menolak diperintah, sehingga manajemen serta direktur tidak mempunyai kontrol dan power kepada tenaga kesehatan,”kata Akmal Malik.
Berkaitan permasalahan ini maka tata kelola yang ada di RSUD AW Sjahranie harus diperbaiki. Persoalan lainnya yakni manajemen dewan pengawas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang dinilai tidak berjalan dengan baik.
Diketahui bahwa BLUD memiliki struktur dewan pengawas yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal yang dilakukan dalam tata kelola rumah sakit. Hal itu menurutnya karena dewan pengawas terlalu pasif dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
Hal itulah yang menimbulkan dinamika dan persoalan keluhan warga terkait pelayanan kesehatan RSUD AWS, dewan pengawas tidak merespons dengan menyampaikan sesegera mungkin kepada gubernur. Menurut rencana, Akmal Malik akan memanggil seluruh dewan pengawas RSUD AW Sjahranie untuk melakukan pertemuan lebih lanjut membahas permasalahan di rumah sakit tersebut.
Pada kesempatam itu, Akmal Malik meminta agar direktur RSUD AW Sjahranie melakukan tata kelola yang baik dan bekerja sama dengan rumah sakit lain agar semua tidak harus dirujuk ke rumah sakit tersebut.
Ketidaknyamanan pelayanan RSUD AW Sjahranie ini tidak hanya dirasakan oleh pasien umum saja, melainkan juga pasien yang menggunakan layanan BPJS Kesehatan.
“Hampir 90 persen pasien RSUD AW Sjahranie itu pasien BPJS. Artinya harus ada duduk bersama dengan BPJS Kesehatan. Agar nanti BPJS bertanggung jawab jangan semua dirujuk ke RSUD AW Sjahranie, ada juga rumah sakit lainnya,” beber Akmal malik.
Terkait kemungkinan adanya penggantian direksi dan manajemen RSUD AW Sjahranie, Akmal Malik mengatakan akan berdiskusi terlebih dahulu. Dirinya ingin mengetahui kendala apa yang dirasakan Direktur RSUD AWS dan menunggu laporan dewan pengawas. Ia berharap agar RSUD AW Sjahranie bisa kembali Berjaya. (pyl/wp)
Itu sikap yg tegas yg di ambil PJ Gubernur, AWS PERLU DI BENAHI, SY PRIBADI PERNAH MENGALAMI PELAYANAN YG TIDAK RAMAH, sebagai ketua DPP INTEL TIPIKOR PHRI UDAH PERNAH SAYA SAMAPAIKAN KE PJ GUBERNUR DAN JG WAKIL DIREKUR AWS
Saya berharap dengan ada nya temuan ini kedepan nya ada pembenahan & perbaikan dlm segala hal apalagi ini menyangkut nama baik AWS yg berkedudukan di Ibu kota Provinsi Kaltim…
Memang perlu segera dibenahi pelayanan terhadap pasien,banyak pegawai terutama perawat yg mukanya cemberut
Harapannya semoga kedepan RS AWS lebih memperhatikan pelayanannya pada pasien dan warga masyarakat kaltim pada umumnya
semoga mendapatkan titik terang