Isukaltim.com| Museum Mulawarman, bangunan bekas Istana Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi saksi sejarah tentang peradaban Kalimantan Timur (KAltim). Museum ini tidak sekadar tempat menyimpan benda-benda kuno, melainkan juga sebagai kisah hidup tentang kebesaran budaya Kaltim.
Museum yang berdiri kokoh di tepian Sungai Mahakam keberadaannya mampu mengantarkan pengunjungnya menelusuri jejak masa lampau dan kekayaan budaya di provinsi berjuluk ”Benua Etam” itu.
Diketahui bahwa Museum Mulawarman dibangun oleh arsitek Belanda Holland Beton Mattscappy (HBM) tahun 1935 tepat pada masa pemerintahan Sultan Aji Mohammad Pariksit dan rampung pada tahun 1938.
Bangunan ini memadukan gaya arsitektur Eropa klasik dan tradisional Kutai. Warna putihnya yang mencolok menjadikannya landmark ikonik di Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pada bagian utama, sebuah singgasana diberikan oleh Mr Van Der Lube dari Belanda pada tahun 1935, dengan gaya Eropa yang digunakan sebagai tempat duduk Sultan dan Permaisuri pada upacara resmi di kesultanan.
Disebut sebagai saksi sejarah karena Museum ini menjadi bukti otentik tentang pergolakan sejarah, termasuk peristiwa tragis pada tahun 1964 ketika massa menyerang dan membakar sebagian besar bangunannya. Beruntung, bangunan utama istana berhasil diselamatkan dan kemudian diubah menjadi museum pada tahun 1971.
Saat masuk ke museum, pengunjung disambut oleh berbagai koleksi yang terbagi dalam dua lantai. Ketika masuk melalui pintu utama, terpampang koleksi benda-benda bersejarah Kerajaan Kutai Kartanegara, di antaranya selain singgasana raja dan peninggalan perhiasan kerajaan.
Selain itu ada senjata tradisional, dan berbagai benda kuno lainnya. Di sini, kisah kejayaan kerajaan Kutai Kartanegara terukir dalam setiap artefak, membawa pengunjung ke masa raja-raja yang memerintah dengan adil dan bijaksana.
Museum Mulawarman akan membawa kita menjelajahi jejak masa silam dari setiap peninggalan yang dipajang di setiap ruangan. Ada peninggalan batu menangis yang menjadi bukti kedurhakaan seorang putri kepada ibunya, kemudian wujud Prasasti Yupa yang menandakan pengenalan aksara pertama di bumi Nusantara serta berbagai koleksi budaya masa lampau.
Pada lantai berikutnya akan disuguhkan kekayaan budaya suku-suku di Kalimantan Timur. Tenun Ulap Doyo yang penuh warna dari Suku Dayak Benuaq, ukiran kayu yang rumit dari Suku Dayak Kenyah, dan berbagai artefak budaya lainnya berupa keramik menjadi bukti keragaman budaya yang memesona di Kalimantan Timur.
Diketahui bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, semua sejarah itu terukir dalam prasasti dan peninggalan kuno. Keberadaannya menandakan awal peradaban maju di Nusantara, yang membuka jalan bagi kerajaan-kerajaan besar lainnya.
Nama Kutai ditemukan pada prasasti Yupa, tugu batu peninggalan Hindu yang ditulis dengan bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa. Prasasti Yupa autentik saat ini disimpan rapi di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Museum Mulawarman menyimpannya dalam bentuk replika yang dibuat semirip mungkin sesuai rupa dan bentuk aslinya sebagai bahan edukasi bagi masyarakat yang membuktikan bahwa komunitas yang mengenal aksara pertama kali di Nusantara berasal dari bumi Kalimantan Timur.
Prasasti Yupa dan arca-arca Hindu, menjadi bukti sejarah yang tak ternilai. Kerajaan ini menjadi fondasi bagi kerajaan-kerajaan Hindu di Nusantara, mewariskan budaya dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Sebagaio informasi, Raja Mulawarman sebagai pemimpinnya, telah mengukir sejarah sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kejayaannya meninggalkan jejak yang tak terhapuskan, menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menggali dan melestarikan warisan budaya bangsa yang besar. (wp/ik)