Isuterkini.com| Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang banyak menyasar kelompok menengah mendapat perhatian dari media asing. PHK ini menyebabkan jutaan pekerja kelas menengah RI kini menjadi lebih miskin. Reuters menulis dengan artikel berjudul “Indonesia’s dwindling middle class seen dimming economic outlook”.
Reuters memulai pembahasannya dengan narasumber lokal bernama Rahmat Hidayat. Dikatakan pria 44 tahun itu baru saja kehilangan pekerjaannya dari sebuah pabrik sepatu di Karawang. Rahmat kini berdagang kaki lima dengan berjualan bakso panggang. Padahal ia harus membiayai pengobatan sang istri yang menderita diabetes.
“Seperti Rahmat, jutaan pekerja kelas menengah Indonesia menjadi lebih miskin, sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah PHK dan berkurangnya jumlah kesempatan kerja sejak pandemi ini,” tulis Reuters seperti dikutip hari ini, Jumat (13/09/24).
Reuters lebih lanjut menjelaskan bahwa hal ini menjadi pertanda buruk bagi prospek ekonomi terbesar di Asia Tenggara.Selama ini diharapkan dengan meningkatnya kelas menengah akan mendorong ambisi Indonesia untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto, yang akan menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Oktober. Apalagi Prabowo hendak meningkatkan ekonomi dan menciptakan 19 juta lapangan kerja.
Melalui penjelasan pemerintah mengklasifikasikan mereka yang mengeluarkan uang antara US$132 hingga US$643 per bulan sebagai kelas menengah, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia.
Dalam analisa kelompok ini merupakan kunci pertumbuhan ekonomi karena pengeluaran mereka mencakup hampir 40% konsumsi swasta, dan lebih dari 80% jika digabungkan dengan calon kelas menengah, yang menghabiskan US$57 hingga US$132.
Reuters juga menyebutkan jumlah kelas menengah telah turun dari 21,5% total populasi pada tahun 2019 menjadi 17,1% pada tahun 2024. Hal ini merujuk data resmi yang dirilis pemerintah.Perekonomian Indonesia telah bangkit kembali setelah pandemi ini, dengan pertumbuhan sekitar di atas 5% per tahun sejak tahun 2022 di tengah inflasi yang secara umum rendah.
Lebih lanjut Reuters mengutip analis lokal dari Universitas Indonesia (UI), Jahen Rezki yang mengatakan menyusutnya kelas menengah ini kemungkinan akan menekan pertumbuhan di masa depan, karena pemerintah harus menghadapi pendapatan pajak yang lebih rendah dan kemungkinan subsidi lebih besar.
Disisi lain, media Singapura, Channel News Asia (CNA) menyebutkan kelas menengah Indonesia kini memburuk dan memicu peringatan bagi ekonomi dalam negeri. Dengan jumlah kelas menengah yang lebih kecil, para ahli memperingatkan bahwa Indonesia bisa mengalami nasib serupa seperti Chile, dimana kesenjangan sosial yang semakin besar berkontribusi terhadap kerusuhan selama bertahun-tahun.
CNA memuat beritanya dengan berjudul “Indonesia’s middle class lament ‘worsening’ plight, as sharp drop in their population sets off economic alarm bell”. Dikatakan bahwa sejumlah narasumber mengaku sulit mendapat pekerjaan tetap selama beberapa tahun terakhir, pasca-PHK dari perusahaan.
CNA juga menyoroti peringatan ahli yang menyebut Indonesia bisa menjadi Chile kedua. Negara itu mengalami pertumbuhan ekonomi stabil namun populasi kelas menengahnya menurun. Ketimpangan sosial dan kenaikan harga membuka jalan bagi terjadinya protes dan kerusuhan selama bertahun-tahun di negara Amerika Selatan itu. (udt/it)
Harapan besar dari masyarakat sekarang adalah masa jabatan prabowo gibran ini bener bener bisa melihatkan kerja nyata yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang besar.
Keinginan masyarakat dengan adanya pemimpin baru akan membawa kesejahteraan rakyat